Senin, 28 Februari 2011

CERPEN LUCU''SEPERTI NOURDEEEN''

Dulu sewaktu aku masih kecil,sebelum aku terlelap dalam tidur nenek selalu menceritakanku sebuah dongeng baik itu dalam bentuk fabel,legenda,mitos,sage,ataupun parabel.Tapi aku sendiri sebenarnya lebih suka bila nenek bercerita tentang sejarah hidup beliau,bercerita tentang kakek saat muda yang berpartisipasi melawan imperalis Belanda dan Jepang,bercerita tentang kenakalan ayahku sewaktu masih seumuranku.Aku belum akan tidur bila cerita nenek tentang tema-tema yang kusuka itu selesai bahkan tak jarang aku meminta nenek untuk menambah ceritanya lagi.Mungkin karena itulah nenekku jarang sekali membawakan cerita semacam itu karena tujuan semula dongeng yang seharusnya untuk mengantarku tidur menjadi bergeser fungsinya,malah menjadi semacam kopi.
Nenekku adalah salah satu manusia yang dianugerahi Tuhan dengan kecerdasan linguistik – verbal yang diatas rata-rata.Beliau mampu mengemas sebuah cerita menjadi sesuatu yang menarik untuk disimak,beliau mampu memberi ruh disetiap tokoh dalam ceritanya sehingga menjadi seolah-olah hidup.Nenekku mampu merangkai gagasan yang ada dalam kepala beliau menjadi sebuah kumpulan kata-kata yang memikat sebagaimana seorang pelukis yang menuangkan apa yang ada dalam kepalanya keatas kanvas.
Pada suatu malam,nenek mendongengkanku sebuah kisah jenaka,menurutku sangat jarang bahkan langka nenekku membawakan cerita bergenre semacam ini,dan seperti biasa aku mendengarkannya dengan posisi tiduran.Sambil mengusap rambutku nenekku pun mulai berkisah.Aku mendengarkan setiap kalimat bahkan kata yang dituturkan oleh nenekku dengan penuh perhatian.
Ceritanya,ada dua orang teman yang berkongsi menanam Pohon Mangifera indica di belakang halaman rumah milik salah satu dari mereka.Setelah beberapa tahun berlalu pohon mangga pun itu tumbuh menjadi besar,dan bagian ini yang dinanti mereka,pohon mangga itu mulai berbuah bahkan berlimpah ruah buahnya.Dua orang teman itu kemudian berencana memanen mangga hasil kongsi mereka.Namum keduanya kesulitan untuk memanjat pohon mangga itu,baik karena faktor internal mereka sendiri ataupun karena faktor eksternal,kondisi pohon mangga itu yang tidak kondusif untuk dipanjat.Mereka lalu memutuskan bekerja sama menaklukkan pohon mangga itu.Caranya,salah satu dari mereka naik ke pundak rekannya,lalu pihak yang pundaknya dijadikan pijakan mendorongkan tubuhnya ke atas sehingga temannya yang di atas pundaknya berhasil meraih sebuah ranting,lalu orang yang di atas pundak itu menaiki bagian atas pohon mangga yang penuh dengan buah mangga lewat ranting yang di pegangnya.
Tetapi setelah sampai di atas,salah satu orang yang berhasil naik itu bukannya membagi buah mangga yang berhasil dipetiknya kepada rekannya yang dibawah tapi malah asyik menikmatinya sendiri.Setiap kali dia memetik buah mangga yang menggantung di dahan pohon,rekannya yang dibawah berteriak-teriak agar dia sudi melemparkannya ke bawah tetapi buah itu malah dimakannya sendiri,begitulah seterusnya hingga buah yang ada di dahan hampir habis dinikmatinya sendiri.Karena jengkel dengan ulah kawannya yang lupa diri ketika berada di atas,rekan seperjuangannya yang ada di bawah berteriak-teriak memintanya untuk turun,tetapi permintaannya sama sekali tidak diindahkannya,bahkan dia tetap saja dengan santai menikmati buah mangga itu.Karena semakin jengkel,sebab merasa disepelekan orang yang di bawah melempari rekannya yang diatas dengan isi mangga yang bertebaran di atas tanah,tetapi hasilnya sama saja orang yang di atas itu tetap tak bergeming dari tempatnya.
Aku tertawa mendengar cerita itu,apalagi ketika nenekku menutup cerita dengan adegan dialog antara kedua kawan tersebut,yaitu ketika kawannya yang dibawah bertanya kapan dia akan turun,orang yang diatas menjawab dia tak akan turun dan tak akan pernah turun karena dia sudah lupa caranya untuk turun.
Nenek memasangkan selimut di tubuhku dan dengan lembut beliau mengusap pelipisku,lalu mengecup keningku dengan penuh rasa sayang,begitulah kawan,aktivitas rutin nenekku setiap kali beliau sudah mengkhatamkan dongengannya.Biasanya setelah itu nenekku akan meninggalkanku sendiri,lalu aku akan langsung memejamkan mataku,beberapa saat kemudian aku sudah tidak ingat apa-apa lagi karena aku sudah tertidur lelap.Tetapi kali ini tidak,ketika nenekku mulai beranjak meninggalkanku,segera kupanggil beliau:
“ Nenek...” teriakku pelan.
Nenekku berhenti lalu menoleh ke arahku dengan senyuman bibirnya yang khas.
“ Ada apa....” kata nenekku dengan tenang.
“ Siapa nama orang yang ada di atas pohon itu...” tanyaku dengan polos.
Nenekku diam sejenak,seolah sedang berpikir mencari-cari jawaban atas pertanyaanku.
“ Namanya....Noerdin,..ya Noerdin Haleed...” kata nenekku.
Setelah menjawab tanyaku nenek melanjutkan langkahnya,dan tiba-tiba suasana kamarku menjadi gelap ketika nenek mematikan saklar lampu di dekat pintu kamarku.Dalam perjalanan jiwaku ke alam mimpi aku bertanya-tanya sendiri,mengapa nenekku menamai orang yang tak tahu diri itu dengan nama Noerdin Haleed,bukankah ada banyak nama yang dapat dijadikan sebagai nama untuk orang yang maunya di atas terus itu.Mengapa nenekku tidak menamainya dengan Gendon,Sentun,Tancep...atau siapalah yang intinya nama itu masuk dalam daftar nama-nama tidak keren,mengapa harus Noerdin Haleed,bukankah itu sebuah nama yang keren ?.
Rasa kantuk mulai menyerangku dan tak lama kemudian aku pun tertidur pulas mengarungi alam mimpi.
< @ >
Hari ini hari minggu,hari libur dari segala tetak bengek aktivitas kerja.Hari ini aku bangun agak siang dari biasanya,kulihat dari jendelaku yang kubuka selepas shubuhan tadi,posisi matahari sudah hampir tinggi.Dengan agak malas aku bangkit dari kasurku yang sudah gepeng,lalu berjalan dengan langkah yang terseret-seret menuju pintu kamarku.
Pintu kamar kubuka berlahan-lahan,sambil menguap dan meregangkan badan kupandangi suasana di luar kamarku.Kulihat ayahku di ruang tengah sedang asyik menekuri televisi yang menayangkan acara favorit beliau,tinju dunia.Di dalam layar kaca itu terlihat dua orang anak manusia saling pukul,ayahku dengan tegang menyaksikan pertandingan itu,berharap jagoannya dapat memenangkan pertandingan hari ini.
Sehabis dari kamar mandi kuraskan badanku terasa sangat segar,ketika aku kembali ke ruang tengah lagi tak kudapati wajah tegang ayahku,wajahnya sudah berubah menjadi sumringah,aku yakin jagoannya pasti menang.Benar saja tebakanku,menurut pembawa acara tinju di stasiun televisi itu jagoan ayah menang TKO karena musuhnya lari terbirit-birit meninggalkan ring tinju,sebab terserang diare.
Tiba-tiba saja aku melihat keributan di area ekstra mural rumahku,orang-orang berlarian mengejar sesuatu.Rasa penasaranku menuntunku bergabung dengan keramaian untuk mengetahui apa sebenaranya yang sedang terjadi.Ketika aku bertanya pada Pakdhe Darmo tentang penyebab kehebohan yang sedang berlangsung di kampungku ini,dia menjawab katanya monyetnya Mas Danu lepas dari kandangnya,dia kabur karena mungkin monyet itu sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan majikannya.
Kulihat di bawah tiang listrik terjadi konsentrasi masa,mereka berusaha untuk menurunkan monyet yang ada di atas tiang listrik itu.Segala cara mereka coba untuk membuat monyet itu turun,tetapi selama ini usaha mereka sia-sia belaka,monyet itu tetap tenang duduk di atas tiang listrik.Masa melempari monyet itu dengan segala macam benda yang mereka punya,segala benda beterbangan ke arah monyet itu baik mulai dari sendal jepit,songkok,ataupun sarung yang dibentuk menjadi semacam bola tetapi tak mendapat respon sedikit pun dari sang monyet.Monyet itu malah melihat perilaku masa yang dianggapnya lucu dari atas tiang listrik sambil tersenyum.
Ah kalian pasti hanya masa bayaran juraganku,untuk memaksaku turun....,sampai kapan pun aku tak akan turun.
Begitulah kira-kira batin monyet itu.
Aku melihat monyet itu tetap bertahan di tempatnya walaupun jumlah masa yang semakin lama semakin bertambah banyak memaksanya untuk turun.Melihat itu aku jadi teringat kisah jenaka nenekku sewaktu aku masih kecil dulu,benar-benar seperti Noerdin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar